Training and Development Practice
A. Pengertian
Noe (dalam Yuwono, 2005) Pelatihan adalah suatu
kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan atau instuisi untuk memfasilitas
proses belajar karyawan untuk mencapai kompetensi dalam pekerjaannya.
Hamalik (dalam Aruan, 2013) Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuankepada tenaga kerja yang diberikan oleh tenaga kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi. Tujuan pelatihan, yaitu:
Hamalik (dalam Aruan, 2013) Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuankepada tenaga kerja yang diberikan oleh tenaga kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi. Tujuan pelatihan, yaitu:
- Agar karyawan dapat menguasai pengetahuan
- Dapat mengaplikasikan kegiatan pelatihan dalam kegiatan individu sehari-hari
- Meningkatkan produktivitas, mutu, ketepatan, dalam perencanaan human capital dan semangat kerja
Pendidikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai moral dan pemahaman yang dibutuhkan dalam
aspek kehidupan (dalam Yuwono, 2005). Tujuan pendidikan, yaitu memberikan
kondisi yang penting bagi peserta didik untuk mengembangkan suatu pengertian
tentang tradisi, nilai-nilai moral dan budaya, pengetahuan, dan ide-ide yang
mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan bersama.
Amstrong (dalam Yuwono, 2005) Pengembangan adalah proses yang meliputi elemen dari
pelajaran yang direncanakan, pengalaman dan seringkali didukung oleh fasilitas coaching dan konseling . Tujuan pengembangan, yaitu:
- Agar organisasi mampu merealisasikan visi mereka dan mencapai tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
- Dapat membantu karyawan mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang.
B.
Pelatihan
1. Perubahan Peran Pelatihan Dari Waktu
Ke Waktu
· Fokus pada keterampilan dan
pengetahuan
Mengajarkan karyawan tentang keterampilan dan perilaku yang spesifik
pandangan ini didasarkan pada kondisi bisnis yang stabil dan dapat diprediksi,
sehingga dapat dikontrol oleh perusahaan.
· Mengaitkan pelatihan dan kebutuhan
bisnis
Kondisi lingkungan
eksternal yang sulit diprediksi dan membuat persoalan yang timbul menjadi sulit
untuk diramalkan. Ini membuat kebutuhan pelatihan dikaitkan dengan kebutuhan bisnis yang spesifik.
· Penggunaan pelatihan untuk
menciptakan dan berbagi pengetahuan
Untuk mencapai keunggulan yang kompetitif perlu mengembangkan
inttelectual capital, yang meliputi (know
what, know how, know why).
2. Filosofi Pelatihan
Amstrong (dalam Yuwono, 2005) Training
Philosophy meliputi:
·
Pendekatan
strategis dalam pelatihan
·
Terintegritasi
(Integrated)
·
Relevan
(Relevant)
·
Berdasarkan
pada masalah (Problem based)
·
Berorientasi
pada tindakan (Action-oriented)
·
Terkait
dengan kinerja (Performance-related)
·
Berkesinambungan
(Continual)
The institute of Personnel Management pada tahun 1987 menyatakan bahwa apabila ingin
pelatihannya benar-benar bermanfaat baik bagi organisasi dan karyawannya, ada
beberapa kondisi yang harus dipenuhi, yaitu (dalam Yuwono, 2005):
a. Organisasi harus memiliki beberapa
rencana bisnis yang strategis (strategic
business plan)
b. Para atasan atau manager harus siap
dan dapat mendefinisikan kebutuhan yang diperlukan
c. Pembelajaran dan pekerjaan harus
terntegritasi
d. Adanya dorongan pengembangan dari
pemimpin atau anggota lain dari management
e. Investasi dalam proses pembangunan
harus dilakukan oleh pihak management puncak.
Ada berbagai keuntungan yang diperoleh organisasi apabila
telah melaksanakan program peltihan yang sesuai dengan filosofi tersebut. Amstrong (dalam Yuwono, 2005) menyatakan bahwa pelatihan memberikan
keuntungan:
a.
Meminimalkan
biaya proses belajar
b.
Meningkatkan
kinerja individual, kelompok dan perusahaan
c.
Menigkatkan
fleksibilitas operasional
d.
Menghasilkan
staf yang berkualitas tinggi
e.
Meningkatkan
komitment staf
f.
Menyesuaikan
diri dengan situasi yang baru
g.
Membantu
mengembangkan budaya yang positif
h.
Memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan
C. Desain Sistem Pelatihan yang Efektif
Kunci
sistem yang efektif adalah pada proses desain instruksional yaitu suatu
pendekatan yang sistematis untuk mengembangkan program pelatihan. Langkah-langkah
mendesain pelatihan yang efektif berdasarkan para ahli, yaitu:
1.
Menganalisa
Kebutuhan Pelatihan
·
Analisa
terhadap Organisasi
Noe (dalam Yuwono, 2015) ada tiga faktor yang
harus dipertimbangkan sebelum memilih pelatihan: (1) Arah strategis peushaan,
(2) Dukungan manajer dan rekan kerja terhadap aktivitas pelatihan, (3)
sumberdaya pelatihan yang tersedia.
·
Analisa
terhadap Karywan (Person analysis)
Siapa yang membutuhkan pelatihan dan jenis pelatihan
apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku dan keterampilan
karyawan.
·
Analisa
terhadap Tugas
Proses identifikasi terhadap tugas pengetahuan,
keterampilan, perilaku yang akan diberikan dalam pelatihan.
2.
Menentukan
Tujuan Pelatihan
Merupakan
pernyataan singkat dan jelas tentang gambaran apa yang dapat dilakukan peserta
setelah mengikuti pelatihan. Ada empat kriteria yaitu dapat diamati (observable), dapat diukur (measureable), dapat dicapai (attainable) dan spesifik.
3.
Memastikan
Kesiapan Karyawan Dalam Mengikuti Pelatihan
Karakteristik
pribadi (kemampuan, sikap, kepercayaan dan motivasi) yang dibutuhkan untuk
mempelajari materi pelatihan dan menerapkannya dalam pekerjaan.
4.
Menciptakan
Suatu Lingkungan Belajar
Belajar
adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan individu dan bukan
hasil proses pertumbuhan (growth process).
Agar karyawan dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan harus melibatkan
prinsip-prinsip dalam teori belajar.
5.
Mengorganisasikan
Materi Pelatihan
Ada dua prinsip utama yang membantu cara mendesain kurikulum:
· Ajarkan keterampilan dengan urutan yang kronologis
· Ajarkan keterampilan yang sederhana/mudah sebelum mengajarkan yang rumit/susah.
Cara mengajarkan keterampilan:
· Tell : memberikan gambaran/deskripsi
· Show : mendemonstrasikan
· Invite : meminta peserta untuk berlatih keterampilan yang diajarkan
· Encourage : mengidentifikasi apakah peserta telah melakukan keterampilan
· Correct : mengidentifikasi bagaimana peserta dapat meningkatkan kinerjanya.
6. Memilih Metode Pelatihan
1.
Metode
Pelatihan Tradisional
A.
Hands-on
:
·
Metode
Persentasi
·
Metode
Hands-on
·
Metode
Group Building
B.
Grup
Building
Ø Adventure learning
Ø Team Training
Ø Action Learning
2.
Metode
Pelatihan Teknologi Canggih
·
Internet
7. Mengevaluasi Program Pelatihan
·
Evaluasi
Fomatif : Memberi informasi tentang membuat program yang lebih baik. Data kuantitatif
meliputi opini, belief dan perasaan terhadap program. Informasi ini dikumoulkan
melalui kuisioner/wawancara.
·
Evaluasi
Sumatif : Mengukur sejauh mana perubahan peserta sebagai hasil partisipasinya
dalam program pelatihan. Evaluasi ini biasanya menggunakan pengumpulan data
kuantitatif dengan menggunakan tes, ratings of behavior atau pengukuran kinerja
yang obyektif (volume penjualan, angka kecelakaan, dll).
D. Kesimpulan
Perubahan yang
begitu cepat dalam dunia industri termasuk inovasi teknologi, bagi teknologi
yang bersifat tehnikal maupun bersifat managerial dan tenaga kerja yang semakin
beragam, menuntut perusahaan untuk selalu melakukan peningkatan kemampuan para
anggota organisasi. Pada tahap ini dibahas tentang perubahan peran pelatihan
dalam waktu ke waktu serta membahas
tentang langkah-langkah dalam program pelatihan.
Referensi
Aruan, D. A. (2013). Pengaruh pelatihan kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan PT. Sucofindo (Persero) Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen, 1(2), 565-574.
Aruan, D. A. (2013). Pengaruh pelatihan kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan PT. Sucofindo (Persero) Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen, 1(2), 565-574.
Ino Yuwono, Fendy Suhariadi, Seger Handoyo, Fajrianthi, Budi
Setiawan Muhamad, Berlian Gressy Septarini., 2015. Psikologi Industri & Organisasi. Surabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
Komentar
Posting Komentar