Dinamika Kepompok dan Team Building
Pengertian Dinamika Kelompok
Johnson & Johnson (dalam Siti Andarwati, Budi Guntoro. F, Trisakti Haryadi dan Endang Sulastari, 2012) Dinamika kelompok adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku kelompok untuk kemajuan pengetahuan tentang sifat kelompok, perkembangan kelompok, interaksi diantara kelompok dan individu, antara kelompok dengan kelompok lain.
Organisasi Industri adalah sejumah kelompok kerja yang berkaitan dalam suatu tingkatan tertentu. Setiap kelompok kerja atau tenaga kerja saling mempengruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suatu organisasi industri merupakan hubungan yang ketergantungan yang menyebabkan tidak seimbang (Munandar, 2001).
1. Interaksi Antaranggota Kelompok
A. Proses Kelompok
Fidler (dalam Munandar, 2001) Memberikan penjelasan tipologi dari kelompok-kelompok kerja yang didasarkan pada sifat dan intensitas interaksi, yaitu :
- Kelompok Interaksi (Interaction Groups)
Kelompok ini para anggotanya saling bergantungan satu dengan yang lain dan tugas mereka perlu dikerjakan dan disusun dengan bersama-sama agar terciptanya tugas kelompok yang baik. Dan kelompok ini memerlukan kooerasi dan koordinasi yang baik.
- Kelompok Koaksi (Co-acting Groups)
Kelompok ini dapat bekerja sama dalam menyelesaikan atau melaksanakan tugas kelompok, tetapi masing-masing individu dapat mengerjakan pekerjaannya secara mandiri dan tidak bergantung pada individu yang lainnya.
- Kelompok Konteraksi (Counter-acting Groups)
Kelompok ini paa anggotaya bekerja sama untuk perundingan, memufakatkan sasaran, dan tuntutan yang bertentangan. Performance individu akan diukur berdasarkan penerimaan jawaban atau penyelesaiannya oleh anggota kelompok.
Gejala dalam proses kelompok ada tiga fungsi yang menjelaskan gejala yang timbul dalam proses kelompok dan yang timbul dalam interaksi kelompok, yaitu (Munandar, 2001):
a. sebagai menimbul gagasan yang baru dan penyelesaian yang kreatif
b. sebagai pemecahan masalah yang ada di dalam kelompok
c. sebagai pelancar pelaksanaan keputusan
B. Gejala dalam Proses Kelompok
Leavitt (dalam Munandar, 2001) memberikan pandangan bahwa proses manajemen dibagi kedalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Pemanduan (Pathfinding)
Pemanduan atau penciptaan masalah yang menarik dalam menghadapi globalisasi. Pemanduan ini berkaitan dengan persepsi seseorang dalam perusahaannya di masa depan.
2. Tahap Pemecahan Masalah
Pada tahap ini dalam pekerjaan masalah harus kita temukan dan harus menemukan jalan keluar untuk memecahkan masalah dalam suatu organisasi dengan cara diseleksi atau dipecahkan oleh perindividu.
3. Tahap Implementasi (Implementing)
Tahap ini merupakan kegiatan yang membentuk, menyusun, menjual dan membuat sesuatu terjadi.
Dalam proses kelompok, para anggota kelompok kerja dapat berinteraksi dan dapat melaksanakan fungsinya, karena dapat ditemukan timbulnya gejala-gejala berikut:
- Konformisme
Dalam interaksi antaranggota kelompok, individu tanpa disadari mengikuti pola-pola perilaku yang berlaku dikeseluruhan organisasi kerjanya yang tumbuh dengan interaksi dan berjalannya seiring waktu.
- Kelekatan (Cohesiveness)
Setiap kelompok kerja atau organisasi pasti memiliki tujuan atau sasaran yang harus dicapai, tetapi belum tentu dapat diterima oleh para anggota kelompok yang lain. Semakin para anggota tertarik dan sepakat dengan sasaran kelompok, maka akan semakin lekat kelompoknya. Robbins (dalam Munandar, 2001) Faktor-faktor yang ikut menentukan derajat kelekatan kelompok yaitu :
1. Lama waktunya berada dalam kelompok
2. Parahnya masa awal
3. Besarnya kelompok
4. Ancaman dari luar
5. Keberhasilan di masa lalu
- Sinergi
Keputusan kelompok lebih bik daripada keputusan anggotanya masing-masing. Sinergi menimbulkan banyak alternatif, cenderung mengeliminasi sumbangan gagasan atau ide yang kurang bermutu, mengurangi nilai-nilai kesalahan dan menunjang pemikiran yang kreatif.
- Groupthink
Suatu gejala yang merupkan kelemahan dari kelompok yang terlalu lekat atau dekat ialah pengambilan keputusan yang secara mendadak berkurang. Anggota kelompok yang memiliki pandangan yang menyimpang ditekan agar menyetujui dengan pandangan mayoritas.
- Polarisasi Kelompok (Group Polarization)
Adanya pergeseran keputusan yang menuju ke kedua ekstrem, keutusan yang sangat tinggi resikonya atau keputusan yang sangat rendah derajat resikonya.
A. Saingan Antarkelompok
1. Yang terjadi di dalam setiap kelompok yang bersaing:
- Lebih menutup diri, membangkitkan loyalitas, para anggota menjadi makin dekat, dan melupakan pertentangan
- Suasana menjadi informal, santai, ceria, dan berorientasi
- Kepemimpinan cenderung berubah dari demokratis menjadi otokratis
- Menjadi lebih berstruktur dan terorganisasi
2. Yang terjadi antara kelompok yang bersaing:
- Melihat kelompok lain sebagai musuh
- Mulai mengalami distorsi (gangguan) dalam persepsi
- Rasa bermusuhan semakin meningkat
- Cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari kelompok mereka sendiri, kecuali untuk menemukan kesalahan pada kelompok saingannya
3. Yang terjadi dengan menang:
- Pemenang mempertahankan kelekatannya
- Pemenang cenderung melepas ketegangan
- Pemenang cenderung ke kerjasama antaranggota
- Pemenang cenderung menjadi puas
4. Yang terjadi dengan yang kalah:
- Menolak kekalahan dan akan menemukan alasan psikologik
- Mencari seseorang untuk disalahkan
- Kelompok yang kalah lebih tegang
- Cenderung mengarah ke kerjasama antaranggota yang rendah
- Cenderung belajar tentang diri
B. Teknik-teknik Mengurangi Akibat Negatif dari Saingan
Berikut ini beberapa teknik yang diajukan oleh Schein (dalam Munandar, 2001), yang dapat digunakan tersendiri atau beberapa teknik secara bersama-sama dalam kombinasi tertentu, yaitu:
1. Menemukan musuh bersama
2. Pemimpin atau subkelompok dari kelompok-kelompok yang bersaing dibawah interaksi
2. Pemimpin atau subkelompok dari kelompok-kelompok yang bersaing dibawah interaksi
3. Menentukan tujuan yang mencangkup (Superordinate)
4. Pelatihan antarkelompok melalui penghayatan-pengalaman (Experiental Inter Grup Training)
C. Dimensi dan Intensi Menyelesaikan Konflik
Intensi menyelesaikan konflik, yaitu :
- Bersaing : Keinginan untuk memuaskan diri sendiri tanpa memperhatikan dampak kepada lawan
- Bekerja sama : Masing-masing berkeinginan untuk memuaskan kepentingan pihaknya
- Berkompromi : Situasi yang dimana masing-masing pihak bersedia untuk mengorbankan sesuatu
- Menghindar : Perasaan untuk mengundurkan diri dari situasi konflik
- Menyesuaikan : Salah satu pihak meletakkan kepentingan pihak lain lebih tinggi daripada kepentingannya
Referensi:
Andarwati, S., Guntoro, B. F., Haryadi, T., & Sulastari, E. (2012). Dinamika kelompok Peternak Sapi Potong Binaan Universitas Gajah Mada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan, 10(1). 39-46.
Munandar, A. S., 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press.
Komentar
Posting Komentar